TEKNIK BUDIDAYA
Budidaya gaharu merupakan salah satu cara menjaga
kelestarian produksi gaharu. Budidaya
gaharu dapat dilakukan pada daerah-daerah yangmemiliki kesesuaian tumbuh dan
dengan teknik budidaya yang benar yaitu
:
Ciri Morfologi
Aquilaria spp. pohon dengan
tinggi batang yang dapat mencapai antara 35
– 40 m, berdiameter sekitar 60
cm, kulit batang licin berwarna putih atau keputih-putihan dan berkayu keras.
Daun lonjong memanjang dengan ukuran panjang 5 – 8 cm dan lebar 3 – 4
cm, ujung daun runcing, warna daun hijau mengkilat.
Persyaratan Tumbuh
Aquilaria malaccensis di wilayah potensial dapat mencapai tinggi
pohon sekitar 40 m dan diameter 80 cm.
Tumbuh pada ketinggian hingga 750 m dpl pada hutan dataran rendah dan
pegunungan, pada daerah yang beriklim panas
dengan suhu rata-rata 32oC dan tipe
iklim A-B dengan kelembaban sekitar 80% dengan curah hujan kurang dari 2000
mm/tahun. Pertumbuhan sangat baik pada tanah-tanah liat (misalnya podsolik
merah kuning), tanah lempung berpasir dengan drainase sedang sampai baik. Lahan
tempat tumbuh yang perlu dihindari adalah: (1) lahan yang tergenang secara
permanent, (2) tanah rawa, (3) lahan dangkal (yang mempunyai kedalaman kurang
dari 50 cm), (4) pasir kuarsa, (5) lahan yang mempunyai pH kurang dari 4,0.
Pengadaan Benih
Bibit tanaman penghasil gaharu
dapat dikembangkan melalui generatif dan vegatatif. Melalui generatif dilakukan
dengan cara memanfaatkan potensi benih yang sudah masak dengan mengunduh biji
atau benih yang jatuh dari pohon induk atau anakan (cabutan). Benih tanaman
penghasil gaharu termasuk biji yang rekalsitran, yaitu biji yang cepat menurun
kadar airnya sehingga mempengaruhi daya kecambahnya. Oleh karena itu apabila
benih sudah didapat, disarankan agar segera dilakukan penyemaian tanpa harus
ditunda-tunda. Persemaian bibit penghasil gaharu dapat juga dibuat skala massal
melalui stek pucuk, stek batang dan kultur jaringan. Setiap teknik perbanyakan
akan mempunyai konsekuensi biaya produksi bibit. Untuk perbanyakan stek pucuk,
pengambilan bahan stek dapat berasal dari kebun pangkas atau bibit tanaman.
Bahan stek yang baik adalah tunas yang tegak (autotrof) yang secara fisiologis muda, batangnya berkayu dan
mempunyai jumlah ruas (nodum) lebih dari dua. Dengan penambahan hormon tertentu
(yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan stek berakar dan mempercepat
proses pertumbuhan akar) maka bahan stek telah siap ditanam pada bak
pengakaran. Agar stek dapat berkembang menjadi bibit perlu pemeliharaan yang
intensif meliputi penyediaan media yang sesuai, kelembaban yang tinggi, suhu
udara, dan cahaya yang cukup. Pemeliharaan dapat berlangsung sampai bibit siap
tanam yaitu antara 6 s/d 8 bulan.Pada tahap awal di persemaian, semua jenis
bibit penghasil gaharu memerlukan naungan yang cukup (seperti halnya kelompok
jenis meranti). Untuk mempercepat pertumbuhannya, bibit penghasil gaharu dapat
diinokulasi oleh cendawan mikoriza arbuskula (CMA) sejak dini di persemaian.
Persiapan Lahan
Dalam pengusahaan secara
monokultur, lahan lahan tanam dibersihkan dari
tonggak/tunggul dari bekas tegakan dari pohon berkayu (Hutan Alam
Produksi, HTI) atau berbagai jenis
tanaman perkebunan. Tumbuhan lain
disekitar titik tanam untuk sementara dibiarkan tumbuh, sebagai upaya pemberian
naungan sesuai sifat pohon gaharu yang semitoleran terhadap cahaya. Sedangkan
pada lahan terbuka, perlu dibina terlebih dahulu adanya pohon lain yang
cepat tumbuh, agar dapat berperan sebagai naungan sementara hingga tanaman gaharu berumur 2 – 3 tahun. Sedangkan pada lahan dan atau kawasan yang tersedia
secara alami adanya pohon lain, pembersihan lahan dilakukan hanya pada sekitar
titik tanam sesuai model penanaman (jalur, cemplongan).
Penanaman
Apabila tanaman penghasil gaharu
akan ditanam pada hamparan lahan yang luas dan masih kosong, maka jarak tanam
dapat dibuat 3 m x 5 m, 4 m x 4 m atau 5 m x 5 m. Waktu penanaman diusahakan pada musim hujan
agar bibit mendapatkan air yang cukup pada awal pertumbuhannya. Media tanam
dapat berupa tanah dan kompos. Pada setiap lubang tanam dianjurkan untuk
diberikan pupuk kompos minimum 1 kg setiap lubang.
Pemeliharaan
Tanaman penghasil gaharu pada
umur 1-3 tahun perlu dipelihara secara intensif, terutama mengurangi gangguan
dari gulma. Karena tanaman penghasil gaharu
telah bermikoriza, maka penggunaan pupuk kimia dapat diminimalisir. Pemupukan dapat dilakukan sekali 3 bulan,
namun dapat juga setiap 6 bulan dengan kompos sebanyak 3 kg melalui pendangiran
di bawah canopy. Penggunaan pupuk kimia
seperti NPK dapat juga ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah
(5gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1 tahun, kemudian dosisnya bertambah
sesuai dengan besarnya batang tanaman. Setelah tanaman berumur 4-5 tahun,
barulah tanaman penghasil gaharu siap untuk diinduksi secara buatan dengan
menggunakan jamur pembentuk gaharu.
Pembentukan gaharu oleh faktor
biotik dapat disebabkan oleh infeksi jasad renik. pembentukan gaharu terjadi
pada pohon budidaya, proses terjadinya dan terbentuknya gaharu dipengaruhi oleh
pelukaan dan perlakuan mekanis sehingga hal ini merupakan suatu proses pemicu
terbentuknya gaharu. Dalam suatu proses
pembentukan gaharu bahwa semakin lama waktu proses akan menyebabkan
warna pada daerah infeksi menjadi semakin gelap. Proses perubahan pembentukan
dan perubahan warna yang terjadi di daerah pelukaan terjadi tiga kali lebih
cepat di musim hujan di bandingkan di musim kering