Minggu, 23 November 2014

Teknik Budidaya Gaharu



TEKNIK BUDIDAYA
Budidaya gaharu merupakan salah satu cara menjaga kelestarian produksi gaharu.  Budidaya gaharu dapat dilakukan pada daerah-daerah yangmemiliki kesesuaian tumbuh dan dengan teknik budidaya yang benar yaitu  :
Ciri Morfologi
Aquilaria spp.  pohon dengan tinggi batang yang dapat mencapai antara 35    40 m, berdiameter sekitar 60 cm, kulit batang licin berwarna putih atau keputih-putihan dan berkayu keras. Daun lonjong memanjang dengan ukuran panjang 5 –  8 cm dan lebar 3    4 cm, ujung daun runcing, warna daun hijau mengkilat.
Persyaratan Tumbuh
Aquilaria malaccensis di wilayah potensial dapat mencapai tinggi pohon sekitar 40 m  dan diameter 80 cm. Tumbuh pada ketinggian hingga 750 m dpl pada hutan dataran rendah dan pegunungan,  pada daerah yang beriklim panas dengan suhu rata-rata 32oC dan tipe iklim A-B dengan kelembaban sekitar 80% dengan curah hujan kurang dari 2000 mm/tahun. Pertumbuhan sangat baik pada tanah-tanah liat (misalnya podsolik merah kuning), tanah lempung berpasir dengan drainase sedang sampai baik. Lahan tempat tumbuh yang perlu dihindari adalah: (1) lahan yang tergenang secara permanent, (2) tanah rawa, (3) lahan dangkal (yang mempunyai kedalaman kurang dari 50 cm), (4) pasir kuarsa, (5) lahan yang mempunyai pH kurang dari 4,0.
Pengadaan Benih
Bibit tanaman penghasil gaharu dapat dikembangkan melalui generatif dan vegatatif. Melalui generatif dilakukan dengan cara memanfaatkan potensi benih yang sudah masak dengan mengunduh biji atau benih yang jatuh dari pohon induk atau anakan (cabutan). Benih tanaman penghasil gaharu termasuk biji yang rekalsitran, yaitu biji yang cepat menurun kadar airnya sehingga mempengaruhi daya kecambahnya. Oleh karena itu apabila benih sudah didapat, disarankan agar segera dilakukan penyemaian tanpa harus ditunda-tunda. Persemaian bibit penghasil gaharu dapat juga dibuat skala massal melalui stek pucuk, stek batang dan kultur jaringan. Setiap teknik perbanyakan akan mempunyai konsekuensi biaya produksi bibit. Untuk perbanyakan stek pucuk, pengambilan bahan stek dapat berasal dari kebun pangkas atau bibit tanaman. Bahan stek yang baik adalah tunas yang tegak (autotrof) yang secara fisiologis muda, batangnya berkayu dan mempunyai jumlah ruas (nodum) lebih dari dua. Dengan penambahan hormon tertentu (yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan stek berakar dan mempercepat proses pertumbuhan akar) maka bahan stek telah siap ditanam pada bak pengakaran. Agar stek dapat berkembang menjadi bibit perlu pemeliharaan yang intensif meliputi penyediaan media yang sesuai, kelembaban yang tinggi, suhu udara, dan cahaya yang cukup. Pemeliharaan dapat berlangsung sampai bibit siap tanam yaitu antara 6 s/d 8 bulan.Pada tahap awal di persemaian, semua jenis bibit penghasil gaharu memerlukan naungan yang cukup (seperti halnya kelompok jenis meranti). Untuk mempercepat pertumbuhannya, bibit penghasil gaharu dapat diinokulasi oleh cendawan mikoriza arbuskula (CMA) sejak dini di persemaian.

Persiapan Lahan
Dalam pengusahaan secara monokultur, lahan lahan tanam dibersihkan dari  tonggak/tunggul dari bekas tegakan dari pohon berkayu (Hutan Alam Produksi,  HTI) atau berbagai jenis tanaman perkebunan.  Tumbuhan lain disekitar titik tanam untuk sementara dibiarkan tumbuh, sebagai upaya pemberian naungan sesuai sifat pohon gaharu yang semitoleran terhadap cahaya. Sedangkan pada lahan terbuka, perlu dibina terlebih dahulu adanya pohon lain  yang  cepat tumbuh, agar dapat berperan sebagai naungan sementara  hingga tanaman  gaharu berumur 2 – 3 tahun.    Sedangkan pada lahan dan atau kawasan yang tersedia secara alami adanya pohon lain, pembersihan lahan dilakukan hanya pada sekitar titik tanam sesuai model penanaman (jalur, cemplongan).
Penanaman
Apabila tanaman penghasil gaharu akan ditanam pada hamparan lahan yang luas dan masih kosong, maka jarak tanam dapat dibuat 3 m x 5 m, 4 m x 4 m atau 5 m x 5 m.  Waktu penanaman diusahakan pada musim hujan agar bibit mendapatkan air yang cukup pada awal pertumbuhannya. Media tanam dapat berupa tanah dan kompos. Pada setiap lubang tanam dianjurkan untuk diberikan pupuk kompos minimum 1 kg setiap lubang.
Pemeliharaan
Tanaman penghasil gaharu pada umur 1-3 tahun perlu dipelihara secara intensif, terutama mengurangi gangguan dari gulma.  Karena tanaman penghasil gaharu telah bermikoriza, maka penggunaan pupuk kimia dapat diminimalisir.  Pemupukan dapat dilakukan sekali 3 bulan, namun dapat juga setiap 6 bulan dengan kompos sebanyak 3 kg melalui pendangiran di bawah canopy.  Penggunaan pupuk kimia seperti NPK dapat juga ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah (5gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1 tahun, kemudian dosisnya bertambah sesuai dengan besarnya batang tanaman. Setelah tanaman berumur 4-5 tahun, barulah tanaman penghasil gaharu siap untuk diinduksi secara buatan dengan menggunakan jamur pembentuk gaharu.

Pembentukan gaharu oleh faktor biotik dapat disebabkan oleh infeksi jasad renik. pembentukan gaharu terjadi pada pohon budidaya, proses terjadinya dan terbentuknya gaharu dipengaruhi oleh pelukaan dan perlakuan mekanis sehingga hal ini merupakan suatu proses pemicu terbentuknya gaharu. Dalam suatu proses  pembentukan gaharu bahwa semakin lama waktu proses akan menyebabkan warna pada daerah infeksi menjadi semakin gelap. Proses perubahan pembentukan dan perubahan warna yang terjadi di daerah pelukaan terjadi tiga kali lebih cepat di musim hujan di bandingkan di musim kering

Sekolah Lapang Budidaya Ulat Sutera

SEKOLAH LAPANG BUDIDAYA ULAT SUTERA Sekolah Lapang Budidaya Ulat Sutera Sekolah lapang adalah kegiatan proses belajar mengajar deng...