Selasa, 14 November 2017

Sekolah Lapang Budidaya Ulat Sutera

SEKOLAH LAPANG BUDIDAYA ULAT SUTERA


Sekolah Lapang Budidaya Ulat Sutera

Sekolah lapang adalah kegiatan proses belajar mengajar dengan partisipasi aktif, mencari dan menemukan fakta sendiri, menganalisa dan mendiskusikan diantara anggota kelompok tani sendiri, serta mengambil keputusan bersama bagaimana tindakan selanjutnya, dengan prinsip belajar berdasarkan pengalaman pada usaha taninya yang dipandu oleh petani sendiri dan Penyuluh Kehutanan.

Sekolah lapang adalah proses pembelajaran non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usaha, identifikasi dan mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usaha tani lebih efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan.

Sekolah Lapangan dipandang sebagai salah satu metode dalam proses belajar mengajar yang cukup efektif, karena sangat cocok sebagai metode pembelajaran bagi orang dewasa (andragogi) karena sifatnya yang tidak formal. Proses belajar dilakukan di lapangan di mana tersedia obyek nyata berupa budidaya ulat suter yang dijadikan materi pelajaran. 

Penyuluh Kehutanan pada UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Nunukan telah melaksanakan kegiatan Sekolah Lapang Budidaya Ulat Sutera 1 November 2017 di kebun percontohan swadaya milik Bapak Hasanuddin.  Beliau adalah salah satu staf UPT KPH Nunukan yang sedang membangun percontohan budidaya ulat sutera.  Di kebun percontohan ini ditanam 2 jenis murbei yang menjadi pakan bagi ulat sutera.  Jenis murbei yang ditanam adalah Morus alba dan Morus cathayana.  Jenis murbei yang ada di kebun percontohan ini didominasi Morus alba karena dianggap lebih sesuai dengan iklim di pulau Nunukan.

Morus cathayana
 
Morus alba
 
Ulat umur 2 hari
Sasaran sekolah lapang ini adalah kelompok tani hutan Floresta yang berasal dari kelurahan Nunukan Tengah.  Kelompok tani ini telah memperoleh izin pemanfaatan hasil hutan kemasyarakatan (IUPHHKm) di kawasan hutan lindung pulau nunukan dengan luas 75 ha.  Harapan dari pelaksanaan sekolah lapang ini adalah kelompok tani Floresta dapat mengembangkan budidaya ulat sutera di kawasan izin pemanfaatan hasil hutan kemasyarakatan.



Rabu, 27 September 2017

PENGANGKUTAN PANEN MADU SUTAI


Panen madu hutan di desa pembeliangan tepatnya di hulu sungai sebakis dilakukan dengan menggunakan perahu kayu.  Aktivitas panen madu hutan ini dilakukan diareal IUPHHK-HT PT Adindo Hutani Lestari.  Kegiatan pengeloaan madu hutan ini telah dilakukan secara turun temurun hingga saat ini telah mendapatkan pendampingan dari Dinas Kehutanan Provinsi melalui Penyuluh Kehutanan UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Nunukan.  Pendampingan dilakukan untuk menerapkan sistem pengelolaan madu hutan secara lestari.  Di Nunukan madu dari petani dijual dengan merek "MADU SUTAI".  Penamaan produk petani ini dilakukan agar konsumen mendapatkan madu dari sumber yang terpercaya.
Aktivitas petani yang berada di dalam areal konsesi PT Adindo Hutani Lestari berpotensi untuk dilakukan bersama melalui program perhutanan sosial dengan skema kemitraan.  Melalui program kemitraan kehutanan diharapkan petani hutan dapat mengelola hutan dengan berdampingan bersama pihak terkait yang telah memegang izin pengelolaan hutan.

Jumat, 28 April 2017

PERHUTANAN SOSIAL

Social Forestry


Deforestasi masih menjadi masalah krusial yang dihadapi sektor kehutanan saat ini.  Forest Watch Indonesia (FWI), laju deforestasi di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2000-2009 sekitar 1,5 juta ha pertahun dan selama tahun 2009-2013 menjadi sekitar 1,1 juta ha (antaranews.com, 25 Januari 2015).  Banyak faktor ynang memicu terjadinya deforestasi, di antaranya adalah kondisi sosial/ kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan yang relatif masih rendah, masih terbatasnya akses masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan, konflik tenurial yang sering berujung pada penyerobotan lahan, serta tidak seimbangnya permintaan dan penawaran kayu yang berpengaruh terhadap perkembangan industri perkayuan nasional.

Rendahnya kapasitas sumberdaya manusia (pendidikan, sosial, ekonomi dan informasi) mengakibatkan semakin terbatasnya akses masyarakat di dalam dan di sekitar hutan terhadap manfaat ekonomi hutan.  oleh karena itu, kapasitas masyarakat harus ditingkatkan agar akses terhadap sumberdaya hutan meningkat.  Sedangkan untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia, masyarakat terlebih dahulu harus dientaskan dari kemiskinan agar memperoleh akses terhadap pendidikan dan informasi.

Menyikapi permasalahan-permasalahan di atas diperlukan penyelesaian melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat.  Pendekatan pemberdayaan masyarakat mengubah paradigma pembangunan kehutanan dari timber based forest management menjadi community based forest management.  Salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan adalah Perhutanan Sosial, sesuai dengan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 83 Tahun 2016 tentang perhutanan sosial.

PENGERTIAN PERHUTANAN SOSIAL
Terdapat berbagai pendapat dalam menafsirkan istilah social forestry yang berkembang akhir-akhir ini.  Ada yang menafsirkan sebagai paradigma, ada yang berpendapat sebagai pendekatan dan ada pula yang menafsirkan sebagai sistem/model manajemen dalam pengelolaan hutan.

Menurut Westoby (1968), Social Forestry is a forestry whichs aims at producing flows of production and recreation benefits for the community, yang melihat secara umum bahwa kegiatan kehutanan yang menjamin kelancaran manfaat produksi dan kesenangan kepada masyarakat, tanpa membedakan apakah itu di lahan milik publik (negara) maupun lahan perorangan (private land).  Sementara itu, Tiwari (1983) mengartikan Social Forestry has in principle the objective to meet the basic needs of the local population from the forest i.e., fuel, fodder, food, timber, income and environtment.  Tiwari lebih menekankan pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat lokal.

Berdasarkan PERMENLHK Nomor 83 Tahun 2016,  Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat, Hutan Adat dan Kemitraan Kehutanan.

Hutan Desa
Hutan Desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa.  Masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan mendapat akses legal untuk mengelola hutan negara di mana mereka hidup dan bersosialisasi.  Hutan negara yang dapat dikelola oleh masyarakat pedesaan disebut hutan desa.  

Untuk dapat mengelola hutan desa, Kepala Desa membentuk Lembaga Desa yang nantinya bertugas mengelola hutan desa yang secara fungsional berada dalam organisasi desa.  Yang perlu dipahami adalah hak pengelolaan hutan desa ini bukan merupakan kepemilikan atas kawasan hutan, karena itu dilarang memindahtangankan atau mengagunkan, serta mengubah status dan fungsi kawasan hutan.  Intinya, hak pengelolaan hutan desa dilarang digunakan untuk kepentingan luar rencana pengelolaan hutan dan harus dikelula berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan hutan lestari.

Dalam memanfaatkan kawasan hutan desa, baik yang berada di hutan lindung maupun hutan produksi masyarakat dapat melakukan kegiatan usaha yaitu budidaya tanaman obat, tanaman hias, jamur, lebah, penangkaran satwa liar atau budidaya pakan ternak.  sedangkan dalam memanfaatkan jasa lingkungan dapat melalui kegiatan usaha pemanfaatan jasa aliran air, pemanfaatan air, wisata alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan atau penyerapan dan penyimpan karbon.

Hutan Kemasyarakatan
Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat.   Kriteria kawasan yang dapat ditetapkan sebagai hutan kemasyarakatan adalah hutan produksi atau hutan lindung, tidak dibebani hak atau izin lain dan menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat.

Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan nilai ekonomi, nilai budaya, memberikan manfaat kepada masyarakat pengelola dan masyarakat setempat.  Hutan kemasyarakatan ditujukan untuk masyarakat di sekitar kawasan hutan yang memiliki ketergantungan pada kawasan hutan tersebut dengan sistem pendekatan areal kelola/ hamparan kelola.  dalam hal ini, hutan kemasyarakatan memberikan kepastian hukum atas status kelola bagi masyarakat yang membutuhkannya. 

Hutan kemasyarakatan tidak mengubah status dan fungsi kawasan hutan.  Sistem penguasaan yang diizinkan adalah mengelola kawasan hutan negara dengan segala pemanfaatannya.  Penguasaan lahan dalam hutan kemasyarakatan tidak dapat diperjualbelikan, tidak bisa dipindahtangankan dan tidak bisa diagunkan.  Pada kasus pengalihan penguasaan lahan atar sesama anggota di dalam kelompok dan/atau keluarga dapat dilakukan terlebih dahulu melalui musyawarah dan persetujuan kelompok.

Hutan Tanaman Rakyat
Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumberdaya hutan.  Program HTR yang dilaksanakan di tingkat petani memerlukan kepastian areal HTR yang jelas dan baik.  Areal tersebut bisa merupakan areal kawasan hutan yang tidak produktif atau ada pula merupakan areal yang sudah terlebih dahulu digarap oleh masyarakat setempat seperti exHPH atau exHTI.

Hutan Adat
Hutan Adat adalah hutan yang berada di dalam wilayah masyarakat hukum adat

Kemitraan Kehutanan 
Kemitraan Kehutanan adalah kerja sama antara masyarakat setempat dengan pengelola hutan, pemegang izin usaha pemanfaatan hutan/jasa hutan, izin pinjam pakai kawasan hutan atau pemegang izin usaha industri primer hasil hutan.

Jumat, 02 Desember 2016

LADA SEBAGAI TANAMAN SELA KARET



LADA SEBAGAI TANAMAN SELA KARET


Lada pada Kebun Karet
 Harga komoditas lada saat ini sengat menjanjikan sehingga di beberapa wilayah indonesia banyak petani yang membudidayakan lada.  Untuk meningkatkan nilai ekonomi laha dapat dikembangkan pola agroforeStri untuk menambah jenis tanaman didalam lahan.  Untuk luas lahan yang sama akan dihasilkan nilai ekonomi yang lebih besar.

Bagi petani lada yang pemilikan lahannya terbatas, pada saat ini ingin mengembangkan komoditas yang memiliki nilai jual yang tinggi dan stabil. Berdasarkan kondisi ini, beberapa petani yang pemilikan lahannya tidak terlalu luas, mulai mengembangkan dua komoditi tersebut, yaitu dengan menanam lada sebagai tanaman sela karet, jadi mengusahakan pola tanam karet dan lada (tumpangsari). Pola tanam lada sebagai tanaman sela karet sudah dilaksanakan di Barzil dan Cina. Hasil penelitian di Brazil menunjukkan bahwa dengan penanaman lada sebagai tanaman sela karet dengan jarak tanam 5 m x 3 m, perkembangan jamur Phytophthora pada tanaman lada dapat ditekan, dan tidak ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi dari kedua tanaman tersebut

Pola tanam ini dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama, yaitu sama dengan umur produktif karet (30 tahun). Kondisi ini disebabkan teknik budidaya lada yang dikembangkan adalah dengan menggunakan tiang panjat hidup dan dibiarkan sampai tinggi (10 – 15 m), sehinga tanaman lada juga dapat merambat setinggi pohon panjatnya. Pohon panjat yang umum digunakan adalah dadap (Erytrina spp), gamal (Glyricidia maculata) dan kapuk atau randu (Ceiba pentandra).

Produksi lada dalam pola karet - lada turun sekitar 25%, hal ini cukup wajar karena populasi tanaman lada yang lebih sedikit, sedangkan tidak terlihat pengaruh tanaman lada terhadap pertumbuhan karet seedling.  Pada saat tanaman karet berumur 9 (sembilan) dan 10 tahun, pertumbuhan lilit batangnya sedikit tertekan dengan adanya tanaman lada sebagai tanaman sela karet, yaitu rata-rata tertekan sekitar 5 cm. Kemungkinan besar pengaruh yang ditimbulkan bukan oleh tanaman lada saja, tapi dari tanaman tiang panjatnya juga. Oleh karena itu, untuk pengembangan teknologi ke depan perlu tinga panjat hidup yang memiliki pengaruh kompetisi yang sedikit, yaitu dengan tanaman dadap cangkring.

Tanaman karet yang ada di daerah penelitian sebagian besar merupakan tanaman seedling (biji sapuan), sehingga memiliki potensi produksi yang sangat rendah dan matang sadapnya terlambat. Rata-rata produksi karet yang terdapat tanaman sela ladanya adalah 597 kg/ha/tahun karet kering, sedangkan produksi karet tanpa tanaman sela sebesar 620 kg/ha/tahun karet kering. Perbedaan produksi karet sebagai akibat adanya tanaman lada rata-rata hanya 23 kg/ha/tahun atau 3.5%, jadi sangat sedikit sekali perbedaannya.

Efek dari pengunaan tiang panjat yang tidak dilakukan pemangkasan atau dibiarkan tinggi dalam pola karet - lada, maka tanaman lada dapat merambat tinggi dan mencari sinar matahari sesuai kebutuhan fontosintesisnya. Kondisi mengakibatkan lada dapat bertahan lama sebagai tanaman sela karet. Pada pola karet - lada produksi lada menjadi lebih rendah sebesar 25 % bila dibandingkan dengan produksi pada tanaman monokultur. Rendah produksi lada pada pola karet - lada disebabkan oleh : jumlah tanaman lada sebagai tanaman sela lebih rendah dari jumlah tanaman monokultur dan adanya kompetisi unsur hara, udara (CO2) dan cahaya matahari antara tanaman lada dengan tanaman karet. Meskipun demikian, produksi lada sebagai tanaman sela dapat mencapai 5000 – 5500 kg/ha/tahun pada saat tanaman karet berumur 20 dan 21 tahun.

Kendala utama yang dihadapi petani bagi pengembangan pola karet - lada adalah : rendahnya tingkat pengetahuan mengenai teknologi budidaya karet; kesuburan tanah yang sangat rendah dan belum ada penangkar bibit karet yang dapat menyuplai kebutuhan bahan tanam karet klon unggul di daerah sekitar sentra lada.

Sumber  :
http://info-perkebunan.blogspot.co.id/2010/04/lada-sebagai-tanaman-sela-karet.html

Minggu, 27 November 2016

WANATANI KARET

WANATANI KARET

Agroforestri Karet Dengan Tanaman Buah

Wanatani atau sering disebut agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dll) dengan tanaman pertanian da/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara berbagai komponen yang ada.

Secara tradisional sebagian besar kebun karet rakyat di indonesia dibangun melalui sistem tebas-tebang- bakar baik dari hutan sekunder maupun hutan karet tua.  Tanaman karet asal seedling/ biji sapuan ditanam secara tidak beraturan dengan kerapatan tinggi.  Kemudian, selama dua sampai tiga tahun pertama ditumpangsarikan dengan tanaman pangan.  Pengelolaan kebun dilakukan secara ekstensif, dengan penyiangan minimal tanpa pemupukan yang berarti sehingga berbagai vegetasi bekas hutan sekunder tumbuh secara alami bersama dengan tanaman karet.  Kondisi demikian menyebabkan pola kebun karet menyerupai hutan dengan dominasi tanaman karet, sehingga sistem ini dikenal juga sebagai hutan karet.

 Pye dan Smith (2003) dari World agroforestry Centre mengklasifikasikan sistem berbasis karet di indonesia berdasarkan intensitas pengelolaan.  Perkebunan karet monokulur yang dikelola secara intensif memiliki kurang dari 1% pohon non karet yang tumbuh secara alami di lahan.  Pada agroforestri karet sederhana, pohon non karet yang sengaja ditanam atau hasil regenerasi alami yang dipertahankan menempati sepertiga dari luas lahan, terdiri dari 5 - 20 spesies non-karet dengan tinggi lebih dari 2 meter, dan terdiri dari 5 - 20 spesies pohon non-karet yang memiliki tinggi sama dengan pohon karet atau lebih tinggi dari pohon karet yang ada.

Agroforest karet kompleks memiliki minimal sepertiga dari total luas lahan ditempati oleh spesies pohon selain karet. Sistem ini memiliki lebih dari 20 spesies non-karet dengan tinggi lebih dari 2 meter dan lebih dari 20 spesies pohon non-karet setinggi atau lebih tinggi dari pohon karet. Sistem agroforest karet yang sangat kompleks di daerah Jambi disebut sebagai kebun karet tua dan di Kalimantan Barat dikenal dengan nama tembawang. Pada sistem ini, minimal dua pertiga dari total luas lahan ditempati oleh spesies pohon non-karet yang menghasilkan produk-produk lain seperti buah-buahan, resin, kayu, obat-obatan yang mungkin memiliki nilai lebih penting bagi para petani daripada getah karet. Kebun karet tua merupakan tahap terakhir dari siklus kebun karet sebelum ditebang dan ditanami ulang dengan karet atau tanaman pertanian lainnya.

Para peneliti telah merancang tiga sistem agroforestri karet (RAS - Rubber Agroforestry Systems) dengan tujuan untuk mengintensifkan sistem dengan hasil rendah yang saat itu dipraktikkan oleh sebagian besar petani pada tingkat yang bervariasi.

Sistem yang paling kurang intensif dikenal sebagai RAS 1 yaitu mirip dengan sistem karet campur yang ada saat ini dengan satu perbedaan yang terlihat jelas.  Para petani menggunakan karet klon berproduksi tinggi  bukan karet liar yang rendah produksinya. Untuk mengurangi biaya pembangunan kebun karet tipe RAS 1, pada tahun pertama para petani menanam tanaman pangan di antara tanaman karet. Penyiangan hanya dilakukan di antara barisan pohon karet dan vegetasi alami dibiarkan tumbuh di antara barisan karet. Para petani juga didorong untuk memilih dan mempromosikan spesies bermanfaat lainnya yang merupakan sisa-sisa dari sistem kebun karet tua sebelumnya seperti pohon buah-buahan, kayu dan penghasil resin.

Tumpang Sari Padi di Kebun Karet


RAS 2 adalah sistem agroforestri yang lebih kompleks, melibatkan penanaman pohon penghasil kayu, buah dan karet dengan kepadatan pohon karet 550 batang dan pohon non karet 90 - 250 batang per hektar. Sistem ini lebih intensif daripada RAS 1 karena membutuhkan frekuensi penyiangan yang lebih tinggi dan penggunaan pupuk yang lebih rutin. Para petani didorong untuk menanam padi ladang (lahan kering)  dan tanaman pangan lain yang bisa dijual selama dua atau tiga tahun pertama sambil menunggu proses pertumbuhan pohon karet.

Sistem ketiga yang dirancang oleh World Agroforestry Centre (RAS 3) bertujuan untuk merehabilitasi padang alang-alang di Kalimantan yang telah terdegradasi. Seperti RAS 2, RAS 3 adalah sistem agroforestri kompleks dengan pohon karet dan pohon lain yang ditanam dengan kepadatan sama. Pada tahun pertama, para petani menanam tumbuhan kacang-kacangan penutup tanah dan tanaman pohon tahunan untuk menekan pertumbuhan alang-alang (Imperata grassland).

Sumber  :
Pye-Smith C. 2013. AGROFORESTRI KARET: BENARKAH KAYA AKAN IMBAL JASA LINGKUNGAN? Penelitian di Indonesia ini dilakukan untuk menggali informasi mengenai upaya petani-petani kecil dalam meningkatkan produksi karet, mempertahankan keanekaragaman hayati, dan menyediakan keuntungan tambahan berupa jasa lingkungan. In: Tarman AE, Janudianto, dan Rahayu S, eds. Trees for Change no.08. Nairobi, Kenya: World Agroforestry Centre (ICRAF). 32p

Jumat, 14 Oktober 2016

MENGENAL BEE POLLEN


Selain madu yang dikenal luas khasiatnya oleh masyarakat, produk lebah lainnya adalah bee polen atau serbuk sari lebah juga dipercaya bermanfaat bagi kesehatan tubuh.  Bee pollen merupakan salah satu sumber makanan bergizi tinggi yang dapat mendukung kesehatan tubuh.  Bee pollen dipercaya memeiliki manfaat bagi kesehatan karena mengandung sejumlah zat penting seperti asam amino, vitamin dan mineral, enzim serta protein, karbohidrat dan lemak.  Bee pollen merupakan gabungan dari serbuk sari tanaman yang dikumpulkan lebah serta nektar dan liur lebah.  Ketiga bahan ini disimpan di dalam kantung pada kaki lebah.  Bee pollen adalah makanan bergizi lengkap sehingg sering disebut super food.  Fitonutrien yang ditemukan pada bee pollen jumlahnya ribuan.  Zat gizi yang termasuk dalam kategori polifenol ini berfungsi sebagai anti oksidan.  Bee pollen mengandung anti oksidan yang paling aktif diantara makanan lainnya.

MENGENAL BEE POLLEN

Bee Pollen berasal dari kata Bee (lebah) dan Pollen (serbuk sari bunga jantan), jadi Bee Pollen berarti Serbuk Sari Bunga Jantan yang diambil oleh lebah dan digunakan sebagai makanan pokok dari seluruh koloni lebah madu.  Istilah yang sering digunakan oleh para peternak untuk Bee Pollen adalah “Roti Lebah”. Proses pengambilan Bee Pollen itu sendiri sangat sederhana. Sewaktu lebah menghisap nektar (bakal madu) dari bunga, serbuk sari bersama nektar dan liur lebah terkumpul kemudian disimpan pada kantung pollen yang terdapat pada kakinya. Bee Pollen adalah unsur reproduksi jantan pada tumbuhan yang berbentuk debu halus yang berwarna kuning keemasan. Pollen terdapat pada benang sari bunga tanaman. Setiap butir pollen mengandung 100.000 hingga 5 juta spora pollen, yang masing-masing memiliki kemampuan untuk bereproduksi sehingga terbentuklah bunga, buah, padi-padian, pohon, dan sebagainya.

NILAI NUTRISI BEE POLLEN

Bee Pollen mengandung zat gizi yaitu: 
  • Zat Hidrat Arang 
  • Protein (dalam bentuk asam amino esensial) 
  • Asam lemak esensial 
  • Vitamin 
  • Mineral 
  • Enzym Hormon-hormon yang dibutuhkan tubuh untuk proses regenerasi sel-sel jaringan.
Dengan komposisi zat gizi yang seperti di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa Bee Pollen sangat cocok sebagai makanan kesehatan terutama yang tujuannya untuk menguatkan sel-sel jaringan tubuh agar tidak mudah rusak akibat proses metabolisme pembakaran yang menghasilkan ENERGI. Bee pollen mengandung sekurangnya 18 asam amino, termasuk 8 di antaranya yang esensial. Selain itu, bee pollen mengandung lebih dari 12 vitamin, 28 mineral, enzim dan koenzim yang tidak terhitung jumlahnya, 14 asam lemak penting, 11 karbohidrat, dan 25%-35% dari beratnya merupakan protein. Pollen mudah dicerna dan sangat kaya akan gizi bagi manusia.

MANFAAT BEE POLLEN

 Karena memiliki khasiat sebagai pembangunan sel, penguat diri, maka kegunaan dari konsumsi Bee Pollen menjadi sangat penting bagi perawatan kesehatan, optimalisasi stamina tubuh (tidak mudah lelah) dan meningkatnya daya tahan tubuh secara keseluruhan, baik terhadap bibit penyakit maupun terhadap tekanan sik dan psikis (kejiwaan). Oleh sebab itu tidaklah berlebihan bila manfaat Bee Pollen bagi individu sehat antara lain:
  • Mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama sel jaringan otak. 
  • Penambahan gizi bagi wanita hamil dan menyusui. 
  • Meningkatkan daya berpikir dan daya konsentrasi baik untuk anak, remaja, usia sekolah dan dewasa. 
  • Meningkatkan stamina tubuh bagi para penggemar olah raga, untuk mencapai prestasi tertinggi.
  • Meningkatkan daya kekebalan tubuh terhadap berbagai serangan bibit penyakit. 
  • Sebagai stabilisator sistem metabolisme tubuh. 
  • Mempertahankan dan memelihara sistem reproduksi baik pria maupun wanita.
 CARA KONSUMSI BEE POLLEN

Bee Pollen dengan segala kandungannya dapat dikonsumsi sebagai nutrisi tambahan atau sebagai bahan atau sumber obat. Sebagai obat bee pollen sering disebut memiliki khasiat mengobati penyakit, seperti asma, alergi, persoalan pencernaan hingga menjaga metabolisme tubuh. Meski demikian, konsultasi ke dokter sebelum mengkonsumsi bee pollen sangat dianjurkan [2].

EFEK SAMPING BEE POLLEN

Efek Samping Bee Pollen perlu diwaspadai. Kewaspadaan perlu ditingkatkan apabila Anda pertama kali mengkonsumsi makanan ini dan jika anda berniat mengkonsumsi makanan ini dalam jangka waktu yang panjang. Reaksi tubuh berupa alergi merupakan salah satu resiko terbesar yang kerap muncul. Tingginya protein dalam bee pollen memancing reaksi tubuh. Reaksi berupa alergi, seperti pembengkakan pada beberapa bagian tubuh, rasa gatal yang kuat hingga kulit yang memerah merupakan salah satu resiko atau efek samping konsumsi bee pollen. Sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum konsumsi. Selain itu, konsumsi bee pollen pertama kali baiknya memertimbangkan jumlah pollen yang dimakan. Baiknya, saat pertama kali bee pollen dikonsumsi secara terbatas, seperti seujung sendok makan (bukan penuh).

APAKAN BEE POLLEN AMAN DIKONSUMSI ?

Konsumsi Bee Pollen pada dasarnya aman. Meski demikian konsultasi kepada dokter sangat dianjurkan sebelum konsumsi ini terutama untuk konsumsi jangka panjang. Bee Pollen perlu disadari dapat membangkitkan beberapa reaksi alergi, seperti gangguan pernafasan, gatal dan pembengkakan pada beberapa bagian tubuh. Pastikan anda tidak memiliki alergi tertentu apabila mengkonsumsi. Ibu Hamil  sebaiknya menghindari konsumsi makanan ini.  Bee Pollen masuk sebagai salah satu makanan pantangan selama ibu hamil.

Jumat, 09 September 2016

PRODUK LEBAH MADU



A. Madu

Madu mengandung berbagai jenis komponen yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Komponen yang dimaksud yaitu karbohidrat, asam amino, mineral, ensim, vitamin dan air. Komposisi nutrisi madu tampak pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Nutrisi Madu

No
Komposisi
Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Air
Fruktosa
Glukosa
Maltosa
Karbohidrat
Sukrosa
Ensim, Mineral, dan Vitamin
Energi (Kalori/100 gram)
17,0 %
38,5 %
31,0 %
7,2 %
4,2 %
1,5 %
0,5 %
294,0 %
Laporan penelitian di rumah sakit Uni Soviet telah membuktikan bahwa madu dapat menyembuhkan luka-luka pada usus dua belas jari, memperlancar peredaran darah dan dapat menormalkan komposisi darah.

Madu yang dioleskan pada luka bakar atau infeksi, menurut hasil penelitian dapat mengeringkan luka tersebut dalam waktu 10 hari. Diketahui pula bahwa madu dapat mengeluarkan glutathion dari luka sehingga mempercepat sembuhnya luka atau infeksi.

B. Royal Jelly

Royal jelly adalah salah satu jenis makanan yang baik dengan kandungan nutrisi yang sangat kompleks, bahkan lebih kompleks dibandingkan dengan makanan hewani lainnya. Seringkali royal jelly menjadi topik perbincangan hangat dikalangan kaum pria, terutama tentang manfaat dan khasiatnya dalam memelihara, menjaga kebugaran, serta meningkatkan vitalitas tubuh. Komposisi nutrisi dalam royal jelly tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Nutrisi Dalam Royal Jelly

No
Komposisi
Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kadar Air
Protein Kasar
Gula Total :
a.      Fruktosa
b.      Glukosa
c.      Sukrosa
d.      Lain-lain
Asam Lemak Total
Abu :
a.      Mineral K
b.      Mineral Mg
c.      Mineral Na
d.      Mineral Ca
e.      Mineral Zn
f.        Mineral Fe
g.      Mineral Cu
h.      Mineral Mu
Bahan yang belum teridentifikasi
67,0 %
12,5 %
11,0 %
6,2 %
4,2 %
0,3 %
0,5 %
5,0 %
1,0 %
5,500 mg/g
700 mg/g
600 mg/g
300 mg/g
80 mg/g
30 mg/g
25 mg/g
7 mg/g
3,5 %
Dunia karbohidrat dan farmasi modern pun telah merekomendasikan royal jelli untuk pengobatan yang pertama kali oleh Prof. R. Chauvin dari University of Sarbone Perancis pada tahun 1922. Sejak saat itu royal jelly menjadi terkenal.

Penggunaan royal jelly untuk pengobatan beberapa penyakit antara lain; asma, alergi, bronchitis, kejang-kejang dan impotensi. Selain itu, pemakaian royal jelly sebagai masker secara rutin menjelang tidur sangat membantu merawat kulit wajah dari  gangguan jerawat.

C. Serbuk Sari (Bee Pollen)

Bee Pollen seringkali disebut sebagai intisari kehidupan karena kandungan nutrisinya sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh, terutama untuk membangun dan memperbaiki sel-sel tubuh.   Istilah yang sering digunakan oleh para peternak untuk Bee Pollen adalah “Roti Lebah”. Proses pengambilan Bee Pollen itu sendiri sangat sederhana. Sewaktu lebah menghisap nektar (bakal madu) dari bunga, serbuk sari bersama nektar dan liur lebah terkumpul kemudian disimpan pada kantung pollen yang terdapat pada kakinya.
Bagaimana Cara Lebah Mengumpulkan Pollen? Selain menghisap madu lebah juga mengumpulkan pollen, yaitu dengan cara mengkikis bubuk pollen dari benangsari bunga dengan menggunakan rahang dan kaki depanya. Setelah polen dibasahi dengan madu maka kaki belakang lebah yang dilengkapi sisir pollen akan menyisir polen dan memasukannya kekantong polen yang ada di kaki belakang tersebut.

Bee pollen mengandung; 10 jenis asam amino, protein esensial, asam lemak esensial, 10 jenis mineral, vitamin A, B, C, D, dan E, hormon pertumbuhan, hormon reproduksi dan berbagai jenis alkaloid yang mempunyai khasiat dalam melakukan stabilitasi metabolisme sel dan pertumbuhan sel normal (regenerasi – rehabilitasi) pada umumnya.

Seorang ilmuan Rusia mengandakan penelitian terhadap 200 orang yang berumur panjang di sekitar  Kaokasehi Rusia. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa umur panjang berhubungan dengan bee pollen yang terdapat didalam madu yang selalu dokonsumsi. Selain itu bee pollen juga mempunyai khasiat antara lain; meningkatkan daya tahan tubuh, memperlambat proses penuaan, menurunkan kolesterol, memperlancar fungsi pencernaan dan mengobati asma.

D. Propolis

Propolis adalah bahan perekat bersifat resin yang dikumpulkan lebah pekerja dari kuncup, kulit atau bagian lain dari tumbuhan. Dalam sarang, propolis digunakan oleh lebah pekerja untuk menutup celah-celah, mendempul retakan-retakan, memperkecil lubang dan menutup lubang.
Propolis disebut juga lem lebah, dihasilhan dari tunas pohon tertentu yang dikumpulkan lebah kemudian mencampur bahan resin dengan sekresi saliva dan lilin lalu digunakan untuk mensterilkan pintu masuk sarang. bukan hanya itu propolis bertugas mensterilkan bagian dalam sarang terhadap kuman, bakteri dan virus. dimana didalam sarang terdapat ratu sarang yang bertugas untuk bertelur.

Susunan kimia propolis sangat kompleks antara lain mengandung zat aromatik, zat wangi dan mineral. Propolis sudah digunakan dalam berbagai obat jadi dari pabrik farmasi antara lain untuk luka dan tampal gigi. Hal ini sangat memingkinkan karena didalam propolis terdapat sifat antibiotik.

E. Lilin Lebah (Malam, Beeswax)

Dalam proses pembentukannya malam disekresikan oleh kelenjar lilin (wasx grands) yang terdapat pada bagian bawah dari perut lebah pekerja.

Penggunakaan malam tidak hanya terbatas pada bidang industri lilin saja, tetapi telah meluas pada industri-industri lainnya seperti industri kosmetika dan industri farmasi. Selain itu malam lebah yang sudah diproses juga dibutuhkan sebagai bahan untuk batik tradisional – modern.

F. Racun Lebah (Bee Venom)

Racun lebah (apitoxin)  dihasilkan dari lebah pekerja. Apitoxin disekresikan oleh kelenjar racun dalam bentuk cairan bening dengan bau tajam, rasanya pahit dan pedas, aromanya spsifik serta cepat kering.

Apitoxin mengandung senyawa-senyawa kimia antara lain; triptofan, kolin, gliserin, asam fosfat, asam falmitat, asam lemak, asam vitelin, apromin, peptida, ensim, hystamin, dan mellitin.

Perkembangan penelitian modern membuktikan bahwa racun lebah dapat digunakan untuk pengobatan. Ada beberapa jenis penyakit yang dapat disembuhkan melalui sengatan lebah antara lain; penyakit neuritis, penyakit reumatik otot, penyakit asthma bronchial, penyakit pembuluh darah kapiler dan penyakit impoten.
Sumber  :
https://terapimadu.wordpress.com/2009/05/07/produk-%E2%80%93-produk-dari-lebah-madu-dan-manfaatnya/ 
 http://manfaatbeepollen.com/
http://istanamadu.com/category/tentang-produk-lebah/

Sekolah Lapang Budidaya Ulat Sutera

SEKOLAH LAPANG BUDIDAYA ULAT SUTERA Sekolah Lapang Budidaya Ulat Sutera Sekolah lapang adalah kegiatan proses belajar mengajar deng...