Selasa, 09 Desember 2014

Budidaya Akasia Mangium

AKASIA MANGIUM



A. Umum
Acacia mangium termasuk jenis Legum yang tumbuh cepat, tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi dan tidak begitu terpengaruh oleh jenis tanahnya.  Kayunya bernilai ekonomi karena merupakan bahan yang baik untuk finir serta perabot rumah yang menarik seperti: lemari, kusen pintu, dan jendela serta baik untuk bahan bakar. Tanaman A. Mangium yang berumur tujuh dan delapan tahun menghasilkan kayu yang dapat dibuat untuk papan partikel yang baik. Faktor yang lain yang mendorong pengembangan jenis ini adalah sifat pertumbuhan yang cepat. Pada lahan yang baik, umur 9 tahun telah mencapai tinggi 23 meter dengan rata-rata kenaikan diameter 2 - 3 meter dengan hasil produksi 415 m3/ha atau rata-rata 46 m3/ha/tahun. Pada areal yang ditumbuhi alang-alang umur 13 tahun mencapai tinggi 25 meter dengan diameter rata-rata 27 cm serta hasil produksi rata-rata 20 m3/ha/tahun. Kayu A. mangium termasuk dalam kelas kuat III-IV, berat 0,56 - 0,60 dengan nilai kalori rata-rata antara 4800 - 4900 k.cal/kg .

B. Botani

A. mangium termasuk dalam sub famili Mimosoideae, famili Leguminosae dan ordo Rosales. Pada umumnya A. Mangium mencapai tinggi lebih dari 15 meter, kecuali pada tempat yang kurang menguntungkan akan tumbuh lebih kecil antara 7 – 10 meter.Pohon A. Mangium yang tua biasanya berkayu keras, kasar, beralur
longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat gelap sampai terang. Dapat dikemukakan pula bahwa bibit A. mangiumyang baru berkecambah memiliki daun majemuk yang terdiri dari banyak anak daun. Daun ini sama dengan sub famili Mimosoideae misalnya Paraseanthes falcataria, Leucaena sp, setelah tumbuh beberapa minggu A. Mangium tidak menghasilkan lagi daun sesungguhnya tetapi tangkai daun sumbu utama setiap daun majemuk tumbuh melebar dan berubah menjadi phyllodae atau pohyllocladus yang dikenal dengan daun semu, phyllocladus kelihatan seperti daun tumbuh umumnya. Bentuknya sederhana tulang daunnya paralel dan besarnya sekitar 25 cm x 10 cm.

C. Tempat tumbuh

1.  Penyebaran
A. mangium tumbuh secara alami di Maluku dengan jenis Melaleuca leucadendron. Selain itu terdapat pula di pantai Australia bagian utara, Papua bagian selatan (Fak-fak di Aguada (Babo) dan Tomage (Rokas, Kepulauan Aru, Maluku dan Seram bagian barat).


2.  Persyaratan tempat tumbuh
A. mangium tidak memiliki persyaratan tumbuh yang tinggi, dapat tumbuh pada lahan miskin dan tidak subur. A. mangium dapat tumbuh baik pada lahan yang mengalami erosi, berbatu dan tanah Alluvial serta tanah yang memiliki pH rendah (4,2).  Tumbuh pada ketinggian antara 30 - 130 m dpl, dengan curah hujan bervariasi antara 1.000 mm - 4.500 mm setiap tahun. Seperti jenis pionir yang cepat tumbuh dan berdaun lebar, jenis A. mangium sangat membutuhkan sinar matahari, apabila mendapatkan naungan akan tumbuh kurang sempurna dengan
bentuk tinggi dan kurus.

D. Persiapan lapangan

1.  Penataan lapangan
Penataan areal penanaman dimaksudkan untuk mengatur tempat dan waktu, pengawasan serta keperluan pengelolaan hutan lebih lanjut. Areal dibagi menjadi blok-blok tata hutan dan blok dibagi menjadi peta-petak tata hutan. Unit-unit ini ditandai dengan patok dan digambar di atas peta dengan skala 1 : 10.000. Batas-batas blok dapat dipakai berupa batas alam seperti sungai, punggung bukit atau batas buatan seperti jalan, patok kayu atau beton.

2.  Pembersihan lapangan
Beberapa kegiatan yang dilakukan sebelum penanaman meliputi :

a.     Menebang pohon-pohon sisa dan meninggalkan pohon yang di larang ditebang
b.     Mengumpulkan semak belukar, alang-alang dan rumput-rumputan
c.     Sampah-sampah yang telah terkumpul dibakar.

3.  Pengolahan tanah
Pengolahan tanah diperlukan pada tanah-tanah yang padat dengan cara sebagai berikut :

a.     Tanah dicangkul sedalam 20 - 25 cm kemudian dibalik
b.     Bungkalan-bungkalan tanah dihancurkan, akar-akar dikumpulkan, dijemur dan dibakar
c.     Tanah pada jalur-jalur tanaman dihaluskan dan dibersihkan, kemudian dibuat lubang tanaman

E.  Riap dan jarak tanam

Riap rata-rata maksimum ( MAI/ Mean Annual Increament ), merupakan salah satu indikator tercapainya suatu kondisi pemanfaatan ruang tumbuh maksimum (full-stock) suatu tegakan. Kondisi tersebut akan semakin cepat tercapai dengan semakin rapatnya jarak tanam awal. MAI juga merupakan salah satu kriteria penentuan daur ( daur fisik ). Berdasarkan MAI tersebut jarak tanam dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Yakni : Jarak tanam rapat ( 2 x 2 m – 3 x 3 m ), Jarak tanam sedang ( 3,5 x 3,5 m – 4 x 4 m ), Jarak tanam lebar ( 5 x 5 m – 6 x 6 m ). Hasil analisis menunjukkan bahwa umur 8 tahun merupakan daur fisik optimum untuk tagakan dengan jarak tanam rapat dengan riap- masing-masing 39,5 , 39,9 , dan 33,5 ha/thn. Sedang untuk jarak tanam sedang MAI tercapai pada umur 12 tahun dengan riap 30.3 dan 21,2 M3/ha/thn.  MAI pada jarak tanam lebar akan dicapai pada 21,2 dan 17,4 m3/ha/thn. Hasil ini lebih menguatkan pendapat umum selama ini bahwa A. mangium untuk tujuan kayu pulp harus ditanam rapat dengan daur 8 tahun tanpa penjarangan. Jarak tanam lebar nampaknya hanya cocok untuk kayu pertukangan tanpa penjarangan dan jarak tanam sedang cocok untuk kayu pertukangan dengan penjarangan.
Jika dibandingkan dengan standar riap yang dipakai selama ini sebesar 25 M3/ha/thn pada umur 8 tahun, maka jarak tanam awal 2 x2 m, 2,5 x 2,5 m, 3 x 3 m , 3,5 x 3,5 m dengan kualitas tegakan standar sudah mampu melampaui target riap standar tersebut, dan produksi tertinggi pada jarak tanam 2,5 x 2,5 m. Perbedaan produksinya dengan 3 x 3 m adalah 15 %. Dibandingkan dengan jarak tanam 2 x 2 m hanya lebih besar 0,6 %. Jika dibandingkan dengan jarak tanam yang dipakai di HTI umumnya yakni 4 x 3 m yang diasumsikan sama dengan jarak tanam 3,5 x 3,5 m pada umur 8 tahun lebih besar 48 %.

F. Penanaman dan pemeliharaan

1.  Pengangkutan bibit
Pengangkutan bibit dari persemaian ke lokasi penanaman harus dilakukan dengan hati-hati agar bibit tidak mengalami kerusakan selama dalam perjalanan. Bibit yang telah diseleksi dimasukan ke dalam peti atau keranjang dan disarankan agar bibit tidak ditumpuk. Bibit disusun rapat hingga tidak bergerak jika dibawa. Jumlah bibit yang diangkut ke lapangan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan menanam. Bibit yang diangkut diusahakan bibit yang sehat dan segar. Hindarkan bibit dari panas matahari dan supaya disimpan di tempat teduh dan terlindung.

2. Waktu penanaman
Penanaman dilakukan setelah hujan lebat pada musim hujan, yaitu dalam bulan Oktober sampai Januari. Pengamatan mulainya hujan lebat sangat perlu, karena bibit yang baru ditanam menghendaki banyak air dan udara lembab. Bibit yang ditanam ke lapangan adalah bibit yang telah berumur 3-4 bulan di bedeng sapih dengan ukuran tinggi 25-30 cm.

3. Teknik penanaman
Bibit ditanam tegak sedalam leher akar. Apabila terdapat akar cabang yang menerobos keluar dari tanah dalam kantong plastik, dipotong aga tidak tertanam terlipat dalam lubang tanaman. Sebelum ditanam, tanah dalam kantong plastik dipadatkan lalu kantong plastik dibuka perlahan-lahan, tanah serta bibit di keluarkan baru ditanam. Bibit ditanam berdiri tegak pada lubang yang telah dibuat pada setiap ajir, kemudian diisi dengan tanah gembur sampai leher akar. Tanah yang ada di sekelilingnya ditekan agar menjadi padat.

4. Pemeliharaan
Meliputi kegiatan penyiangan, penyulaman, pendangiran dan pemupukan, kegiatan pemeliharaan dilakukan tiga bulan sekali selama 2 tahun stelah penanaman di lapangan.

a. Penyiangan
Kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan tanaman pokok dan belukar dan tumbuhan pengganggu lainnya. Oleh karena itu penyiangan dilakukan terutama pada tahun pertama dan kedua. Penyiangan dikerjakan sepanjang kiri-kanan larikan tanaman selebar 50 cm.

b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tahun pertama selama musim hujan. Tanaman yang mati atau merana disulam dengan bibit dari persemaian dan diulang selama hujan masih cukup. Apabila lahan di sekitar tanaman sangat terbuka maka dapat diberi mulsa.

c. Pendangiran
Kegiatan ini dilaksanakan bersama dengan penyiangan di mana tanah di sekitar tanaman akan digemburkan lebih kurang seluas lubang tanam

d. Pemupukan
Pemupukan diberikan setelah dilakukan penyiangan dan pendangiran, pupuk ditaburkan di sekeliling tanaman Akasia mengikuti alur lubang tanaman dan ditimbun tanah. Pupuk yang digunakan dapat merupakan campuran yang membentuk kandungan NPK dapat pula digunakan urea; TSP; KCL dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Pemberian pupuk disesuaikan dengan pengalaman dalam pemberian pupuk.

5. Hama dan penyakit
Adanya semut (Componotus sp) dan rayap (Coptotermes sp) yang membuat sarang pada bagian dalam kayu A. mangium, mengakibatkan menurunnya kualitas kayu. Dari hasil pengamatan didapatkan A. mangium terserang oleh Xystrocera sp. famili Cerambicidae yang biasa menggerek kayu Paraserianthes falcataria, selain itu sejenis ulat belum diketahui jenisnya telah menyebabkan gugurnya daun A. mangium. Beberapa jensi serangga A. Mangium :

a.     Ropica grisepsparsa, menyerang bagian batang
b.     Platypus sp, menyerang bagian batang
c.     Xylosandrus semipacus, menyerang bagian batang
d.     Pterotama plagiopheles, menyerang daun
e.     Ulat pelipat daun, menyerang daun. Pengguguran daun pada anakan A. mangium disebabkan oleh Hyponeces squamosus tetapi pohon dapat tumbuh kembali. Seperti pada Acacia yang lain, A. Mangium juga muda terserang oleh hama terutama pada masa sapihan dan anakan.

Sumber :
Badan LITBANG Departemen Kehutanan. 1994. Pedoman teknis penanaman jenis-jenis kayu komersial.

Senin, 08 Desember 2014

JABON (Anthocephalus cadamba Miq.)



JABON (Anthocephalus cadamba Miq.)



Nama perdagangan            :  Jabon, Hanja, Kelampayan
Nama botanis                     :  Anthocephalus cadamba (Roxb) Miq.
Sinonim                             :  Anthocephalus chinensis (Lamk) Rich.
Famili                                :  Rubiaceae

Sebaran tumbuh : 
Sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Timur, seluruh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, Nusa  Tenggara  Barat  dan  Irian  Jaya  2).  Tumbuh pada  ketinggian  0    1000  m   dpl dengan   curah hujan kurang dari 1920 mm/tahun.  Tumbuh pada tanah ringan, berdrainase baik.  Toleran  terhadap tanah asam dan  berdrainase   jelek tetapi bukan pada tanah tererosi. 

Musim buah :
Umumnya musim buah masak terjadi pada bulan Maret –  April. 

Pengumpulan buah : 
Buah dikumpulkan dengan cara memanjat dan memetiknya dari pohon.  Buah masak dicirikan oleh warnanya yang berubah dari hijau menjadi coklat muda dan daging buahnya telah lunak. Pohon mulai berbuah pada umur 5 tahun danperkiraan produksi buah rata-rata per pohon berjumlah  45 buah. 

Ekstraksi benih  : 
Ektraksi benih dilakukan dengan metoda basah. Buah yang sudah masak dimasukkan kedalam karung dan diperam selama 1 minggu. Pemberian air terhadap benih yang diperam dilakukan setiap hari sehingga terjadi fermentasi/pembusukan. Setelah diperam, buah diremas-remas/dicabik hingga menjadi lapis-lapis kecil lalu dimasukkan kedalam bak berisi air.  Benih yang masih bercampur lendir yang terdapat di dalam bak disaring sebanyak 3 kali lalu diremas-remas. Air yang terdapat dalam gumpalan benih bercampur lendir selama 2 jam, kemudian dimasukkan ke dalam kain blacu dan diperas. Sebelum disaring, dilakukan penjemuran disertai dengan terus menggaru untuk melepaskan lendirnya.  Apabila sudah kering lendir akan menjadi debu. Benih dan kotorannya kemudian disaring dengan cara lolos saringan 420 mikron (35 mesh) tertahan pada ukuran saringan 250 mikron (60 mesh) untuk mendapatkan benih yang memiliki sifat fisik dan fisiologik yang baik.  

Penyimpanan benih :
 Benih Jabon masih memiliki jumlah kecambah sebesar 314 per 0,1 gram, setelah disimpan selama 18 bulan dalamwadah kantong plastik direfrigerator.

Perkecambahan :
Media perkecambahan adalah campuran pasir dan tanah halus (1 : 1), disterilisasi dengan cara digoreng selama 2 jam. Sebelum benih ditabur, media disiram sampai jenuh. Bak tabur ditutup dengan plastik transparan. Setelah penyiraman pertama, penyiraman selanjutnya dilakukan pada hari ke-7 minggu ke-10.  Setelah periode tersebut, plastik dibuka dan dilanjutkan dengan penyiraman setiap hari sekali dengan sprayer yang halus selama kurang lebih 1 bulan.

Pencegahan Hama dan Penyakit :
Pencegahan terhadap benih apabila terserang Penyakit (jamur) adalah dengan memberikan fungisida sepertiDithaneM-45 (2 gram/liter air).

Persemaian :
Media semai yang dipergunakan : Ukuran polybag 10 x 15 cm. Media bibit adalah campuran pasir + tanah + kompos daun (7:2:1).  Pemupukan dilakukan setelah bibit berumur 2-minggu dengan pupuk NPK cair (5 gram/I liter air). Pemupukan dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai bibit siap tanam pada umur 2 bulan. Dalam persemaian diperlukan shaddingnet dengan naungan 40%.

Nurhasybi dan Muharam A., 2010.  Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia ; Jilid I.  Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

JATI (Tectona grandis Linn.f.)



JATI (Tectona grandis Linn.f.)


Nama perdagangan                  :  Jati
Nama botanis                           :  Tectona grandis Linn.f.
Famili                                       :  Verbenaceae

Sebaran tumbuh :
Sebaran alami di India, Myanmar dan Thailand.  Penyebaran tanaman di Indonesia ditemukan di seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumbawa, Maluku dan Lampung.  Tumbuh pada ketinggian 0 – 900 m dpl dengan curah hujan 1500 – 3000 m dpl. Tumbuh pada tanah berlapisan dalam, subur, berdrainase baik, netral. Toleran terhadap tanah padat.  Jenis ini tahan terhadap api (moderat) dan angin 5. 

Musim buah :
Umumnya musim buah masak terjadi pada bulan Juli – Agutus 4.

Pengumpulan buah :
Buah dikumpulkan di bawah tegakan.  Benih yang masak dicirikan oleh kulitnya yang berwarna coklat. Kadar air benih Jati berkisar antara 10 –13%, dengan berat per satuan benih 0,55 – 0,92 gram, dan diameter benih 1,38 -1,56 cm.  Penanaman di Jawa oleh Perum Perhutani pada umumnya menggunakan "benih" berukuran diameter 14 mm.  Benih yang dipergunakan yang dipergunakan sebagai bahan penanaman sebenarnya adalah pengertian buah untuk jenis Jati.  Pohon Jati diperkirakan mulai berbuah pada umur 7 tahun. Potensi produksi buah per pohon di Jawa bervariasi antara 0,5 -3 kilogram. Jumlah benih per kg ± 1500 butir .

Ekstraksi benih :
Buah dijemur kurang lebih 2 hari (kadar air 10-12 %) sampai sungkup buah terlihat kering. Buah yang telah kering dimasukkan kedalam karung kemudian karungnya diinjak-injak sampai sungkup buah terlepas. Pemisahan kotoran dengan benih dilakukan dengan menampi atau dengan blower (alat pembersih benih). 

Penyimpanan :
Benih Jati disimpan pada ruang simpan pada temperatur di bawah 20°Cdan kelembaban relatif di bawah 60%. 

Perkecambahan :
Perkecambahan benih Jati umumnya menghasilkan daya berkecambah yang bervariasi dan cukup rendah (30-70%) .  Perlakuan pendahuluan sebelum benih ditabur adalah dengan cara merendam benih dalam air yang selalu diganti selama 3 hari.  Media perkecambahan yang dipergunakan adalah pasir yang telah diayak dan dijemur/dipanaskan.  Penaburan dilakukan dengan bekas tangkai menghadap ke bawah sedalam kurang lebih 2 cm.  Penyiraman dilakukan hanya apabila kondisi media kekurangan air (2-3 hari sekali) .  Cara mengecambahkan Jati di rumah kaca dilakukan dengan menabur benihnya pada bak kecambah dengan media campuran pasir dan tanah (1 : 1), dan ditutup dengan plastik transparan serta disiram 9 hari sekali .  

Pencegahan hama dan penyakit  :
Pencegahan terhadap benih apabila terserang Penyakit (jamur) adalah dengan memberikan fungisida sepertiDithaneM-45 (2 gram/liter air). 

Persemaian :
Media semai yang dipergunakan adalah campuran pasir + tanah + kompos daun (7:2:1).  Ukuran polybag 10 x 15 cm.  Pemupukan dilakukan setelah bibit berumur 2 minggu dengan pupuk NPK cair (5 gram/I liter air). Pemupukan dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai bibit siap tanam pada umur 3 bulan. Dalam persemaian diperlukan shadding net dengan naungan 40%.

Nurhasybi, 2010.  Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia ; Jilid I.  Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

Sekolah Lapang Budidaya Ulat Sutera

SEKOLAH LAPANG BUDIDAYA ULAT SUTERA Sekolah Lapang Budidaya Ulat Sutera Sekolah lapang adalah kegiatan proses belajar mengajar deng...